Contoh Kecerdasan Emosional yang bisa dikembangkan oleh Gen Z
Daftar Isi
Contoh Kecerdasan Emosional yang bisa dikembangkan oleh Gen Z - Salah satu penyumbang terbesar kesuksesan seseorang, 80% ditentukan oleh kecerdasan emosional. Sedangkan, 20%nya ditentukan oleh kecerdasan akademik (IQ) seseorang.
Dalam bukunya Daniel Golman. Ahli yang mengembangkan teori kecerdasan emosional, membuat orang percaya, termasuk saya. Bahwa keberadaan kecerdasan emosional dalam diri seseorang, 2x lipat lebih penting dari kecerdasan otak (IQ)
Buat apa, memiliki kecerdasan akademik lebih unggul tapi minim kecerdasan emosionalnya? Yang ada, antara sikap dan perilaku bakal susah dikontrol karena kecerdasan akademiknya lebih unggul.
Jika disuruh memilih, Bu Windi akan menyebutkan kecerdasan akademik oke, kecerdasan emosional juga seimbang.
Kecerdasan emosional itu apa saja?
Halo, Gen Z, Milenial dan Alpha, sudahkah mengetahui lebih lanjut kecerdasan emosional itu apa saja ?
Howard Gardner (1993), menyebutkan ada 5 poin utama dari kecerdasan emosional yang bisa dikembangkan oleh manusia.
- Kemampuan dan kesadaran mengelola emosi diri sendiri
- Kepekaan terhadap emosi orang lain
- Kemampuan merespon
- kemampuan bernegosiasi dengan orang lain
- Dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri.
- Mudah beradaptasi, mampu bergaul dengan siapa saja, bekerja dalam tim, rasa ingin tahu yang tinggi
- Memiliki motivasi yang tinggi.
Secara garis besar, kecerdasan emosional diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri maupun orang lain. Kepekaan yang dimiliki, lebih dari orang pada umumnya yang dalam hal ini orang tersebut memiliki kecerdasan interpersonal lebih baik.
Memiliki empati yang tinggi, sehingga dia lebih paham dan mengerti perasaan orang lain. Tentunya, kecerdasan emosional tidak serta Merta ada dan melekat pada diri seseorang. EQ, terbentuk karena pola asuh orang tua dan lingkungan yang mempengaruhi.
Sebagai gambaran, kecerdasan emosional itu begini.
Si A, terkenal anak yang pintar di kelas. Selalu dapat nilai yang paling baik diantara teman-temannya. Namun, si A ini tidak memiliki banyak teman. Karena sikapnya terkenal cuek, pendiam dan tidak mudah bergaul dengan teman-temannya.
Beda dengan si B. Anaknya biasa saja, tapi lebih supel. Ramah terhadap siapapun dan murah senyum.
Dalam mensikapi hal tersebut, Si A cenderung iri dengan si B. Lantaran, si B lebih di sukai teman-temannya. Apakah sikap ini bagus ? tentu tidak dong.
Tugas kita adalah bersikap baik terhadap orang. Mencoba memahami perasaan orang lain, agar orang lain juga mau memahami kita. Kurang lebih, begitulah gambarannya.
Agar kita, dalam menjalin hubungan sosial juga mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan tempat tinggal.
Sebab, kecerdasan emosional sangat bermanfaat untuk membentuk mental seseorang ke depannya. Dalam lingkup yang lebih luas lagi, kecerdasan emosional akan tetap dibutuhkan.
Ciri-ciri Kecerdasan Emosional yang Baik
Menurutmu, apa saja ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik ?
Biar tidak penasaran, Bu Windi sampaikan. Ada 7 poin yang bisa teman pembelajar gqris bawahi sebagai bahan evaluasi/berbenah diri menjadi pribadi yang memiliki kecerdasan emosional lebih baik dari sebelumnya.
- Bisa mengontrol emosi dengan baik
- Bisa beradaptasi dengan lingkungan
- Punya rasa empati
- Memiliki wawasan yang terbuka
- Pendengar yang baik
- Mudah bersyukur
- Tidak Mudah Tersinggung.
Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi kecerdasan emosional?
Kecerdasan emosional bisa berkembang apabila ada rangsangan. bukan karena bakat kecerdasan emosional pada diri seorang melekat.
1. Keluarga
Peran keluarga sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan kecerdasan emosional anak. Anak mampu mengenal berbagai perasaan seperti marah, senang, kecewa adalah yang dicontohkan orang tua sejak dini. Bagaimana anak bisa meregulasi emosinya, orang tualah yang berperan memberikan rangsangan dan contoh.
Peran orang tua disini, anak dapat mengenali emosi, memberi label terhadap emosi yang dirasakan anak, menghargai emosi dan bagaimana menempatkan emosi yang tepat.
2. Lingkungan (Teman, guru, budaya dan pendidikan)
Memang, ujung tonggaknya ada di orang tua. Namun, ketika anak sudah berada di lingkungan yang lebih luas, bagaimana anak mampu meregulasi emosinya akan nampak.
Bekal yang ditanamkan dalam keluarga, menjadi acuan anak dalam mengembangkan kecerdasan emosional. Hal ini akan nampak dari interaksi sosial yang dihadapi oleh anak.
Mengapa kita perlu mengembangkan kecerdasan emosional?
Secara fitrah, manusia diciptakan untuk membangun interaksi dengan orang lain. Semakin banyak orang yang kita temui, akan beragam. Mulai dari bahasa, suku, budaya dan agama. Latar belakang mereka sangatlah beragam. Perlu suatu keterampilan untuk menopang hal tersebut.
Atas dasar itulah, kecerdasan emosional sangat diperlukan untuk menghadapi semua itu.
Sebagai contoh. Budi terbiasa menyampaikan suatu hal dengan bahasa yang halus dan lembut. Shinta, teman kelas Budi (yang latar belakangnya orang madura). Menyampaikan suatu hal dengan nada cenderung keras dan lantang. Bagi Shinta, hal itu biasa dia lakukan. Namun, bagi Budi yang baru tahu hal itu, pasti akan menjadi suatu masalah. “Kenapa dalam menyampaikan pendapat harus dengan nada tinggi?. Jika sikap legowo (menerima apa adanya kondisi teman ). Yang ada hanyalah perselisihan berpendapat.
Itu artinya, kecerdasan emosional sangat dibutuhkan. Bagaimana cara kita memahami orang lain. Merespon suatu hal dan memberikan umpan balik yang tepat menjadi titik penting.
Seorang yang memilliki kecerdasan emosional yang tinggi dapat membantu seseorang memiliki kemampuan mendengarkan. Memberikan respon yang baik dan memberikan tanggapan yang tepat.
Akhir Kata
Kecerdasan emosional memiliki hubungan positif terhadap kapasitas seseorang dalam hal mengelola stress dan emosi . Bagi generasi Z, remaja yang memiliki kecerdasan emosional lebih tinggi, akan memudahkannya dalam mengelola emosi dan menjadi jembatan bagi remaja untuk berperilaku yang positif.
Minimal, remaja mempunyai bekal untuk membentengi diri mana perilaku yang membahayakan dan tidak sepantasnya di contoh (ditiru)
Referensi Pendukung
https://www.brainacademy.id/blog/pintar-secara-emosional
https://clsd.psikologi.ugm.ac.id/2022/09/28/pentingnya-kecerdasan-emosional-bagi-remaja/