√Pelajaran Bermakna dari Seporsi Mie Ayam

Pelajaran Bermakna dari Seporsi Mie Ayam

Tetang isi buku seporsi mie ayam sebelum mati. Bu Windi dibuat penasaran oleh penulis. Di lembar awal, kalimatnya bikin menggelitik. Hingga Bu Windi mbatin "masak sih, ada orang yang begitu bodohnya. Di caki maki, di ejek dan dikata-katain dia diam saja. Tidak melawan"

seporsi mie ayam sebelum mati


Ulasan Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati

Ale , si perjaka tua usia 37 tahun dengan postur tubuh tinggi besar berkulit hitam. Kata teman kantornya, Ale ini berwajah mirip preman. Bukan fokus ke mukajeleknya Ale. Buka pula fokus kepada" kenapa Ale diperlakukan seperti itu ". Hingga membuat harga dirinya patah.

Apa hikmah dari cerita Ale yang bisa kita petik ?

Seporsi Mie ayam sebelum mati ini, begitu membekas diingatan Bu Windi. Bahkan, kalimat yang disuguhkan si penulis begitu penasaran namun mengena. Banyak hikmah pelajaran kehidupan yang bisa dipetik.

1. Apakah benar, Bunuh diri adalah solusi terbaik ketika kamu tidak lagi merasa berguna hidup di dunia ?

Dari kisah Ale, banyak lika-liku yang diterima dalam kehidupannya. Nekatnya Ale bunuh diri dan berujung gagal, dia mengganggap bahwa untuk melakukan hal bodoh saja dia gagal. Di usia yang tidak lagi muda, meski status Ale menjadi karyawan kantoran di ibu kota Jakarta, dalam hal kisah cinta, Ale belum berhasil memang. Hanya sekali pacaran dan berujung putus. Ale menganggap, kemarin-kemarin itu hanya Ale yg berusaha mencintai pacarnya. Ale merasa gagal jadi lelaki.


Bau badan menyengat yang menghabiskan deodoran dan parfum murah hingga mahal, tak cukup mengatasi siksaan hidup yang dialami Ale. Ale terbiasa dijauhi teman kantornya karena bau badannya yang menyengat. Ale sadar hal itu.


Ditengah tekanan hidup dari sejak kecil yang dialami Ale, semua orang tidak ada yang tahu deh. Jika Ale dalam sepuluh tahun terakhir, rutin ke psikiater untuk mengobati depresinya. Cemoohan dari teman sekolah, hingga tuntutan dari ibuknya Ale yang menyuruh untuk segera menikah. Pokok, seakan Ale ini tidak ada guna sebagai manusia. Tak pernah cerita dan curhat dengan siapapun. Kesehariannya hanya pergi kerja, pulang dari kantor hingga malam. Pulang ke apartemen di temani bau asap rokok yang dihisapnya. Kamarnya juga berantakan. Seperti kapal pecah karena tak beraturan. Kebayang ya?


Kalau pagi, biasanya Ale makan seporsi mie ayam. Atau ke warteg langganan untuk mengisi perut kosongnya . Beberapa obat depresi pun diminumnya.


Tapi, Ale itu baik. di hari ulang tahunnya, Ale menyiapkan kue ultah yang lezat. karena ketika disuguhkan di meja kantor tidak ada seorangpun yang icip atau memotong kuenya, Ale sedih. Diambilnya lagi dan dikasihkan Ipul si tukang OB kantor.
Banyaknya beban yang ditanggung Ale, menjadikannya ingin mengakhiri hidupnya . Lantas, separah itukah beban hidupnya ?

2. Tak Berani Menyampaikan Isi Hati Berujung Depresi

Penerimaan diri . Sepanjang cerita dan membaca buku seporsi mie ayam sebelum mati, Ale adalah pribadi yang tidak mau menyusahkan orang lain. Dia berpikir positif saja atas kejadian yang dihadapi. Namun, Ale lupa, atas diamnya justru menjadikannya beban dan berujung Ale sering mengganggap dirinya tidak berguna.
 Kalimat yang sering di ucapkan, " bahkan untuk bisa makan mie ayam saja aku gagal" . Afirmasi negatif yang keterusan justru membuat rasa percaya diri menurun. Menumpuk bertahun-tahun dan menambah beban pikiran.

3. Dari Ingin Seporsi Mie Ayam Hingga Gagal Bunuh Diri

Kala itu, Ale memberi waktu dirinya 24 jam saja. Untuk mengakhiri hidupnya, Ale merenung di apartemen. Mulai dari melamun di depan jendela apartemennya.

Berpikiran untuk merapikan kamarnya yang sangat jarang dibersihkan. Mandi dan pakai kemeja paling bagus. Hingga akhirnya ingin makan seporsi mie ayam sebelum bunuh diri. 

Qodarullah, pencarian mie ayam langganannya berujung gagal. Mie ayam tutup. Karena sangat lapar, pencarian mie ayam diteruskan. Ke langganan satunya. 
Hanya gerobaknya saja yang nampak. Itupun, gerobaknya yang mendorong bukan penjual yang biasanya Ale lihat. Pak Jo namanya. Setelah ditelusuri, Pak Jo meninggal saat itu.

Ale yang awalnya mau makan mie ayam Pak Jo, malah jadi ikut melayat dan membantu prosesi pemakaman Pak jo hingga selesai. 

" Bahkan, aku mau mati saja, harus ikut merasakan prosesi pemakaman Pak Jo sampe selesai, ujar Ale".

4. Satu Tahanan dengan Murad dan Jadi Anak Buah Kesayangan

Ale melanjutkan langkah kakinya. Perjalanan dari rumah alm. Pak Jo, Ale melihat warung kopi yang tak biasanya. Ada sekawanan lelaki lain yang sibuk dengan asap rokoknya. 

Pada waktu Ale duduk di kursi menunggu kopi, ada sticker sedot WC yang bagian pojok terkelupas. Ia buka hingga ditemukan serbuk putih.

Suara pistol melambung ke langit, "jangan bergerak". Ale yang duduk terdiam tak tahu apa-apa, ditangkap polisi. Ale tak melakukan perlawanan. Padahal pengunjung lain yang disana, sudah berlarian menghindari polisi.

Lagi-lagi, Ale kena apesnya. Ditendang dan dipukuli dan diperlakukan tidak manusiawi oleh polisi. Namun, berkat CCTV, Ale hanya 5 hari saja berada ditahanan. Selebihnya, dia dilepas keluar. Yang membekas, selama ditahanan itu, Ale ketemu Murad, bandarnya sabu-sabu.

Murad, preman bandar sabu-sabu yang tidak ada satupun berani melawannya. Bahkan, fasilitas yang ddi dapatkan Murad sangat spesial dari polisi. Mau apa saja dituruti, termasuk bawa handphone. Konon, Murad ini hanya sebagai tawanan sebagai pengganti tahanan yang kurang genap. Kehadiran Murad ini sebagai pelengkap dan syarat agar polisi kelihatan bekerja memberantas lingkaran pengedar sabu-sabu.

Dalam buku seporsi mie ayam sebelum mati, penulis begitu gamblang meracik dan menggambarkan kondisi di tahanan. Bu Windi pun baru tahu, bahwa hal ini menjadi suatu kondisi yang dinormalisasi hingga menyimpulkan, "lingkaran pengedar obat terlarang tidak akan putus jika sistem kerja polisi begini". Wallohu alam bishowab. Bu Windi tahunya dari buku ini, jadi cukup tahu saja dan be posthink dengan pemerintahan negara +62.

Balik lagi ke cerita Murad dan Ale.

Ale dibebaskan, Murad juga bebas. Murad mengajak Ale untuk ikut dengannya. Karena sedikit banyak, Murad tahu alasan Ale masuk penjara dan keinginan Ale yang hendak bunuh diri.

Dua minggu bersama Murad, justru Ale menjadi anak buah kesayangan. Karena postur tubuh Ale yang tinggi besar dan wajah menyeramkan, menjadi kelebihan tersendiri bagi Ale untuk menjadi tukang palak atas hutang klien Murad yang tak kunjung lunas.

Memukuli orang, membentak, memeras dan kasarlah pokoknya, Ale melakukan itu. Namun , arena Ale memang tidak bakat jadi penjahat, hingga Ale terhindar dari lingkaran pertemanan dengan Murad.

5. Pelajaran Berharga dari Mama Louis

Sambil menunggu Murad ganti onderdil bersama bidadari Mama Louis, Murad banyak ngobrol dengan pelacur yang mana disitu diketuai oleh Mama Louis. Awalnya, Ale ngobrol dengan Juleha, si pelacur yang bayarannya sedikit, sekitar serabu ribu. Jika bukan karena anak lelakinya, Juleha enggan balik ke tempat pelacur ini.

"Gue, sedih, ketika anakku suruh mendeskripsikan pekerjaan ibunya, anakku menjawab ibuku pelacur yang kerjanya di malam hari, imbuh Juleha"
Jika aku bisa keluar dari sini, aku pasti melakukannya. Karena sudah pernah mencoba mencari pekerjaan di luar. Tapi, tidak ada yang mau merekrut orang seperti kami ini. Ale, kamu itu orang baik. Jika bisa keluar dari sini, keluarlah. Murad itu penjahat, kamu tidak pantas jadi penjahat, tegas Juleha". 

Obrolan mereka terhenti, karena Mama Louis keluar dan mendekati Ale.
"Tadi, Juleha cerita apa saja, tanya mama Louis"
"Enggak, cuma cerita tentang anak lelakinya, jawab Ale"
"Oh, saya kira cerita tentangku. Coba ceritakan kenapa kamu bisa sama Murad?"
Ale menceritakan semuanya. Termasuk niat Ale yang hendak bunuh diri.

Hingga Ale mendapatkan kalimat pembangkit, yang kurang lebih begini. Tetaplah menjadi orang baik dan jalani hidup. Orang tidak akan peduli, hidupmu susah. Karena hidup akan terus berjalan. Jadi, selama kamu bisa mengupayakan yang lebih baik darimu, upayakanlah. Orang-orang macam kami disini, tidak mudah dipercaya orang. Bahkan seperti saya ini, pernah diajak menikah oleh lelaki yang jadi suami saya. Hingga akhirnya saya tahu bahwa lelakiku ternyata sudah punya istri dan punya anak. Padahal, saya mati-matian mencintainya. Nyatanya, dia berkhianat. Hingga akhirnya kami putus hubungan. Hidupku hancur kala itu. Dan saya bertahan demi anak. Walau akhirnya anak saya juga meninggal karena jadi pemakai saat ikut Murad. Murad juga yang menyelamatkanku dari pukulan lelaki brengsek tadi. Saya merasa berhutang budi kepada Murad. 

6. Bertemu Kembali dengan Ipul

Satu persatu, Ale mendapatkan jawaban atas keresahan di hidupnya. Dari bertemunya dengan Murad, Ale menjadi orang yang dihormati, lebih tepatnya ditakuti sih. Hingga jadi kepercayaan Murad, preman yang paling ditakuti banyak orang. Sampai pada titik, ketemu Ipul, OB yang kerja juga di tempat yang sama dengan Ale. 

"Hlo, mas Ale, kemana saja mas. Banyak orang hlo yang mencari Mas Ale"
" Ah, masa sih pul"
"Sejak kapan Mas Ale kenal dengan Murad?, ayo mas ikut saya. Tempat ini tidak bagus untuk Mas Ale"

Ale mengikuti kemauan Ipul. Dari nada bicara dan gelagatnya, ipul ingin menyelamatkan Ale dari lingkaran si Murad. Ale mengikuti niatan baik ipul.

Dengan motor, Ale dibonceng sampai ke kontrakan ipul. Sudah ada istri dan anak yang tidur terlelap dirumah. Kontrakan sempit dan penuh barang.

Obrolan dimulai. 

"Istrimu kok dibela-belain bangun dan membuatkan kopi untuk saya ya pul". 
"Iya mas, itu karena saya pernah cerita, kalau berkat Mas Ale yang bawa kue ulang tahun pandan itu. Ulang tahun mas Ale sama dengan ulang tahun anak saya. Saya pernah berjanji , akan merayakan ulang tahun anak meski sehari-hari saja serba kekurangan. Dan Tuhan menjawab doa saya melalui mas Ale"

"Mas Ale, juga ditanyakan hlo sama teman-teman dibelakang. Hanya Mas Ale satu-satunya karyawan yang mau gabung makan bersama kami. Bahkan, Mas Ale sering mentraktir kami dan ngasih uang cuma-cuma. Oh iya mas, saya pernah hutang ke Mas Ale"

"Hutang apa Pul. Saya waktu itu memberikannya untuk ipul, enggak ada hutang"
"Enggak Mas, bagiku, ipul hutang karena waktu itu memang lagi butuh duit"

Ternyata hal kecil yang kita anggap tidak berguna, justru menjadi penolong bagi mereka yang merasa terbantu. Meski aku tidak pernah dianggap ada oleh teman-teman kantorku, masih ada ipul yang mengaggapku ada. _catatan Ale.

Malampun tiba. Ale tertidur di depan rumah Ipul.

7. Si Buta yang Bisa Melihat

"Saya memang tidak bisa melihat wajahmu Mas Ale. Tapi, saya bisa merasakan, Mas Ale sedang tidak baik-baik saja ya. Terdengar dari hela napasnya Mas"

Obrolan setelah perkenalan Ale dengan si Bapak Buta, penjual kerupuk. Kala itu Ale menyelamatkan Si Bapak Buta yang hampir ditipu pembeli.

Hingga berujung jadi teman ngobrol panjang, dan Ale justru semakin mendapatkan jawaban atas keresahan di hatinya. Qodarullah, dalam obrolan sambil ngopi di dekat rel kereta api, datang seorang SMA Ale. Memberikan kata-kata yang membuat Ale menuju kamar mandi. Berteriak dan marah sepuasnya. Disusul Bapak Buta, yang turut menjadi pelampiasan.

"Mas Ale, sudah lebih tenang ya?"
"Maaf pak, tidak seharusnya saya marah-marah begini"
"Tidak mengapa mas, saya paham perasaan mas Ale"

Kurang lebih begitulah percakapan di depan toilet umum

"Saya memang tidak bisa melihat Mas Ale dengan mata saya. Tapi, saya bisa melihat Mas Ale dengan cara lain. Saya tahu, Mas Ale marah besar mendengar cacian tadi. Kenapa Mas Ale selama ini hanya diam. Jika dikatain orang?. Mungkin Mas Ale tidak mau menyakiti hati orang lain, bahkan tidak mau membalas. Karena memang Mas Ale memang orang baik. Nyatanya, tadi Mas Ale juga yang menghitungkan uang saya. Padahal, saya dan Mas Ale tidak pernah kenal sebelumnya. Berpikir positif saja tidaklah cukup Mas Ale. Kita perlu menerima keadaan.

Akhir Kata

Banyak cerita yang dikisahkan dalam buku seporsi mie ayam sebelum mati. Nyatanya, Ale mau bunuh diri saja gagal. Apakah benar, pikiran kita yang selama ini membuat diri kita merasa tidak dihargai oleh orang lain ? atau cara kita saja dalam menyikapi hidup yang (mungkin) menurutmu tidak sesuai harapan ?, jangan-jangan kamu ada yang salah dalam mengartikan hidupmu selama ini ?


Judul Buku : Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati
Penulis :Brian Khrisna
Penerbit : PT Gramedia Widiasarana
Tahun terbit : Jakarta,2025
ISBN : 978-602-05-3132-8
Halaman : 216 hl,. 13.5x20 cm


‹ Lebih lamaTerbaru ✓

2 komentar

  1. Menarik, buku ini sepertinya disampaikan untuk membuka pemikiran seseorang untuk review apakah ada yang salah selama ini dalam menyikapi hidup hingga akhirnya kita pun salam dalam bersikap dalam hidup ini.

    BalasHapus
  2. Mbaaa... kok bagus nih bakunya.. Aku jadi pengen beli dan baca. Ale ini banyak banget ujiannya ya, dan memang terkadang kita terlalu overthinking terhadap orang lain. Duh ini buku wajib banget dibaca karena bisa jadi sumber motivasi di kala aku lagi down ni (maria tanjung sari)

    BalasHapus